TOPENG
Topeng dikenal di beberapa suku
bangsa di Indonesia karena ragam, bentuk, dan fungsinya. Topeng merupakan hasil
budaya yang mungkin sama umumnya dengan tradisi para pembuatnya.
Secara umum, topeng dapat diartikan
sebagai tiruan wajah, terbuat dari bahan tipis dan dapat digambarkan sebagai
“pemalsuan” diri. Pribadi seseorang dapat digambarkan melalui lambing rupa yang
terpusat pada wajah. Setiap guratan, setiap sifat yang ditampilkan,
diperhitungkan agar menampilkan seluruh sifat dan pribadi sosok yang
diwakilinya.
Fungsi budaya topeng meliputi segi
keagamaan dan kesenian.
- Fungsi topeng dilihat dari segi
keagamaan merupakan sebagai sarana pelambang untuk mewujudkan konsep-konsep
agama, terutama yang berhubungan dengan kekuatan gaib tertentu.
-
Fungsi topeng dilihat dari segi
kesenian dan sifat-sifat serta konsep-konsep budaya tertentu digambarkan
melalui bentuk-bentuk rupa yang terencana. Topeng di berbagai suku bangsa
Indonesia pada mulanya mempunyai fungsi keagamaan dan baru kemudian mempunyai tujuan
keindahan.
Topeng
di Indonesia muncul dalam tiga ukuran, yaitu kecil, seukuran wajah (besar dan
lebih besar dari wajah), dan barang yang mewakili makhluk dongeng yang besar
dan menutupi seluruh tubuh, Topeng dapat berbentuk alamiah atau sangat aneh.
Topeng
sebagai lambing nenek moyang dapat digunakan untuk memanggil roh leluhur.
Topeng-topeng tersebut dilihat sebagai sebuah tanda kehadiran leluhur. Kaitan
antara manusia dan dunia gaib melalui topeng biasanya bersifat sementara dan
hanya terjadi pada waktu yang dianggap suci. Dalam tari Hudoq dari Kalimantan
Timur, misalnya topeng yang seram dan besar mewakili kekuatan gaib dikenakan
untuk menghalau hama tanaman yang merusak.
Topeng
tidak hanya digunakan sebagai penghubung dengan leluhur, tetapi juga digunakan
untuk menarik kekuatan gaib sebagai penolong. Topeng tersebut adalah topeng
upacara. Topeng upacara merupakan sebuah objek perantara yang dapat
menghantarkan kekuatan gaib dan dihidupkan dengan cara memerankannya.
Pertunjukkan-pertunjukkan
dengan topeng upacara menghadirkan citra dari masa lalu ke masa kini. Proses
ini disebur reaktualisasi. Waktu
sekuler dihentikan dan masa mitologis purba dihadirkan saat ini.
Jenis
topeng memiliki wajah yang berbeda. Perwatakan topeng sesuai dengan yang
digunakan dalam drama tari. Ketika topeng digunakan dalam drama tari dalam
pergelaran cerita Ramayana, Mahabharata, Panji, dan cerita sejarah, perwatakan
menjadi lebih rumit. Untuk cerita bukan sejarah, topeng diukir meniru sistem
penggolongan wajah tokoh wayang kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar